Bank Indonesia Diproyeksikan Turunkan BI Rate menjadi 5,5 Persen, Apa Kata Para Ekonom?

Rabu, 19 Februari 2025 | 10:04:35 WIB
Bank Indonesia Diproyeksikan Turunkan BI Rate menjadi 5,5 Persen, Apa Kata Para Ekonom?

JAKARTA — Antisipasi terhadap kebijakan moneter Bank Indonesia terus mengemuka seiring dengan prediksi sejumlah ekonom yang menyebutkan kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebanyak 25 basis poin. Rapat Dewan Gubernur yang dijadwalkan berakhir pada hari ini, Rabu, 19 Februari 2025, menjadi waktu yang dinantikan untuk mengetahui keputusan tersebut.

Pendapat ini selaras dengan survei konsensus Bloomberg yang mengungkapkan bahwa 13 dari 35 ekonom memprediksi pergerakan turun BI Rate. Sebelumnya, pada Januari 2025, BI telah mengambil langkah pemangkasan suku bunga dari 6% menjadi 5,75%.

Salah satu institusi keuangan yang mendukung estimasi ini adalah PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI). Andry Asmoro, Kepala Ekonom Bank Mandiri, menyoroti stabilitas dan penguatan nilai tukar rupiah sebagai faktor utama bagi BI untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. "Iya, betul [kami memperkirakan cut rate], alasan utamanya faktor global dan rupiah," ujarnya.

Pengamatan global menunjukkan pelemahan dolar AS yang turut memberikan ruang bagi penguatan rupiah. Indeks dolar AS terpantau masih di bawah angka 107, menampilkan tren terendah dalam dua bulan terakhir. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh data ekonomi AS yang menunjukkan kelemahan, sehingga menguatkan ekspektasi akan pelonggaran lebih lanjut oleh The Federal Reserve.

Tidak hanya Bank Mandiri, pandangan serupa juga datang dari Ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro. Ia berpendapat bahwa kondisi ekonomi global yang menunjukkan sinkronisasi pelonggaran kebijakan membuka peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga tanpa tekanan pada rupiah. "Bank Indonesia dapat menjadi ‘satu-satunya pilihan’ untuk mendukung pertumbuhan di tengah pengetatan fiskal yang sedang berlangsung dan berbagai pemangkasan anggaran," jelas Satria.

Pada kesempatan sebelumnya, yakni pada Rapat Dewan Gubernur Januari 2025, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah memutuskan penurunan BI Rate dari 6% menuju 5,75%. Perry mengungkapkan bahwa keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang diperkirakan tetap terkendali dalam target 2,5%±1%. Perry juga menyoroti nilai tukar rupiah yang terjaga meskipun berada pada level Rp16.300-an per dolar AS, dan menekankan perlunya upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dalam penjelasannya, Perry Warjiyo menegaskan bahwa Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan kebijakan moneternya untuk menjaga inflasi dalam target yang telah ditetapkan serta menjaga keseimbangan nilai tukar sesuai dengan fundamental ekonomi. "Kami mencermati masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Waktunya tentu saja sesuai dinamika yang terjadi di global dan nasional," jelasnya.

Sementara itu, Asmoro memperkirakan bahwa Indonesia masih memiliki ruang untuk memanfaatkan momentum global dalam menjaga daya tarik aset-aset berbasis rupiah. Dengan kebanyakan imbal hasil global yang saat ini mengalami tekanan, aset berbasis rupiah dinilai tetap menarik bagi para investor.

Potensi pemangkasan sesungguhnya dapat mencapai 50 basis poin, menawarkan sejumlah dampak positif termasuk potensi pertumbuhan ekonomi domestik yang saat ini menghadapi tantangan dari pengetatan fiskal dan pemangkasan anggaran. Dalam konteks ini, BI memiliki peran krusial sebagai stimulus ekonomi, mengimbang berbagai faktor eksternal dan internal.

Pengambilan keputusan BI Rate sejatinya bukan sekadar isu moneter, melainkan juga mencerminkan respon atas perkembangan ekonomi global dan nasional. Nantikan dan ikuti terus perkembangan mengenai kebijakan moneter BI, yang tidak hanya berdampak pada sektor perbankan, tetapi juga memiliki pengaruh luas terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Terkini