Kamis, 11 September 2025

Harga Minyak Dunia Stabil, Fokus Kembali ke Permintaan

Harga Minyak Dunia Stabil, Fokus Kembali ke Permintaan
Harga Minyak Dunia Stabil, Fokus Kembali ke Permintaan

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia pada perdagangan Kamis, 11 September 2025, menunjukkan kestabilan setelah reli sebelumnya yang sempat menembus level tertinggi. Investor kini lebih menyoroti faktor fundamental pasokan dan permintaan, meski risiko geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina sempat memicu kekhawatiran.

Harga Brent crude naik tipis 1 sen atau 0,01% menjadi US$67,50 per barel, sedangkan kontrak West Texas Intermediate (WTI) meningkat 2 sen atau 0,03% menjadi US$63,69 per barel pada pukul 01.56 GMT. Kenaikan ini relatif minor dibandingkan lonjakan lebih dari US$1 sehari sebelumnya akibat insiden di Timur Tengah dan Eropa Timur.

Risiko Geopolitik Tak Lagi Jadi Fokus Utama

Baca Juga

BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen Pegawai Baru 2025

Sehari sebelumnya, harga minyak terdorong oleh serangan Israel terhadap pimpinan Hamas di Qatar, serta aksi Polandia yang menembak jatuh drone Rusia yang melintasi wilayahnya saat menyerang Ukraina barat. Ini menandai pertama kalinya anggota NATO melakukan tembakan langsung sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Namun, baik insiden di Timur Tengah maupun jatuhnya drone di Polandia tidak menimbulkan gangguan langsung terhadap pasokan minyak global. Pasar kini lebih memusatkan perhatian pada kondisi fundamental, yakni keseimbangan suplai dan permintaan minyak dunia.

Stephen Brown, Deputy Chief Economist North America di Capital Economics, menilai bahwa faktor geopolitik hanya memberi sentimen sementara, sementara pergerakan stok dan indikator ekonomi menjadi acuan utama bagi pelaku pasar.

Stok Minyak AS Naik, Menekan Tekanan Harga

Data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 3,9 juta barel pada pekan yang berakhir 5 September, berlawanan dengan ekspektasi penurunan 1 juta barel. Selain itu, stok bensin meningkat 1,5 juta barel, jauh melampaui perkiraan penurunan 200.000 barel.

Kenaikan persediaan ini menjadi salah satu faktor utama yang menahan laju kenaikan harga minyak, meski sentimen geopolitik sempat menekan pasar. Data ini juga menunjukkan lemahnya permintaan domestik AS, salah satu konsumen energi terbesar di dunia, sehingga menambah kekhawatiran tentang keseimbangan pasar.

Pelemahan Ekonomi AS Perkuat Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Selain faktor persediaan, indikator makroekonomi AS turut memengaruhi harga minyak. Penurunan harga produsen dan melemahnya pasar tenaga kerja menimbulkan indikasi perlambatan ekonomi. Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada rapat kebijakan pertengahan September mendatang.

Stephen Brown menambahkan, “Pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja membuat FOMC kemungkinan akan memilih pemangkasan 25 basis poin minggu depan … meski peluang adanya dissent untuk pemangkasan 50 basis poin tetap ada dan bisa jadi sorotan.”

Di sisi Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tetap pada pertemuan Kamis ini. Keputusan ini menandakan bahwa meski risiko perlambatan global meningkat, kebijakan moneter Eropa lebih konservatif dibandingkan AS.

Outlook Pasar Minyak Mendatang

Dengan melemahnya permintaan AS dan risiko oversupply yang meningkat, pasar minyak cenderung berada dalam fase konsolidasi. Investor kini menunggu data ekonomi berikutnya, termasuk update produksi OPEC dan laporan stok mingguan.

Selain itu, pergerakan harga minyak juga akan dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik, meski saat ini faktor tersebut dianggap memberikan efek jangka pendek. Pasar global tetap sensitif terhadap potensi gangguan pasokan, namun fundamental seperti stok dan permintaan menjadi penentu arah harga utama.

Indikator fundamental yang menunjukkan kenaikan persediaan di AS menjadi sinyal penurunan tekanan harga, sementara potensi pemangkasan suku bunga The Fed bisa memberi dukungan tambahan terhadap harga minyak di pasar global.

Secara keseluruhan, meski harga minyak sempat reli karena sentimen geopolitik, fokus pasar kini kembali pada keseimbangan pasokan dan permintaan, kondisi ekonomi AS, serta keputusan kebijakan moneter global. Investor diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam menentukan arah perdagangan hingga data ekonomi baru keluar.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pasar Otomotif Domestik Lesu, Ekspor Tumbuh Positif

Pasar Otomotif Domestik Lesu, Ekspor Tumbuh Positif

Kapal Penyeberangan Banda Aceh Sabang Siap Layani Penumpang

Kapal Penyeberangan Banda Aceh Sabang Siap Layani Penumpang

BMKG Ingatkan Masyarakat Malang Waspadai Cuaca Ekstrem

BMKG Ingatkan Masyarakat Malang Waspadai Cuaca Ekstrem

DKI Jakarta Perpanjang Tarif Rp1 Untuk Transportasi Publik

DKI Jakarta Perpanjang Tarif Rp1 Untuk Transportasi Publik

Penyeberangan ke Tiga Gili Lombok Ditutup Sementara Akibat Cuaca Ekstrem

Penyeberangan ke Tiga Gili Lombok Ditutup Sementara Akibat Cuaca Ekstrem